Rabu, 19 Agustus 2009

MERINTIS HIDUP QURANI

Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad untuk pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan, tepatnya ketika beliau berusia 41 tahun. Kehadiran al-Quran memiliki beberapa fungsi dan salah satunya adalah pedoman dan petunjuk hidup manusia. Sebagai pedoman dan petunjuk hidup al-Quran membawa ajaran berupa aturan dan hukum yang menjangkau seluk-beluk kehidupan. Lewat aturan dan hukum itu al-Quran menawarkan pencerahan kepada manusia.
شهررمضان الذي أنزل فيه القرأن هدى للناس وبينت من الهدى و الفرقان.
“Bulan suci Ramadhan yang padanya al-Quran diturunkan oleh Allah yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dengan yang bathil,” (al-Baqarah/2 : 185).
Ayat di atas menyebutkan bahwa salah satu fungsi al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia. Untuk meraih petunjuk al-Quran umat Islam perlu berusaha untuk menata hidup mereka hingga berada sedekat dan seakrab mungkin dengan al-Quran. Dengan jalan itu mereka dapat merasakan indahnya hidup bersama al-Quran. 


Sayyid Qutub mengemukakan bahwa hidup di bawah naungan al-Quran merupakan nikmat dan kenikmatan tersebut hanya mampu diketahui dan dirasakan oleh orang yang pernah mengalaminya.
الحياة فى ظلال القرأن نعمة والنعمة لايعرفها
إلا من ذقها
Hidup di bawah naungan al-Quran berarti menjadikan nilai dan ajarannya sebagai panduan hidup hingga mewarnai berbagai prilaku umat Islam. Justru itu mereka mesti meningkatkan intensitas membaca, menghafal, mempelajari, memahami dan mengamalkan al-Quran dalam kehidupan. Membaca al-Quram merupakan ibadah dan semakin tinggi nilainya apabila intensitasnya juga ditingkatkan oleh setiap umat Islam.
Selain ibadah, membaca al-Quran mengandung pesan spiritual yang mampu mewujudkan ketentraman jiwa dan meningkatkan kualitas iman orang yang membaca dan mendengarnya. Kita mungkin masih ingat sentuhan bacaan ayat-ayat al-Quran yang dibaca oleh saudara perempuan Umar bin Khattab yang pada akhirnya mengantarkan Umar untuk menganut agama Islam.
Al-Quran menurut ilmu balaghah di samping memiliki makna yang indah juga memiliki lafaz yang indah. Keindahan lafaznya itu membuat tenang jiwa orang yang membaca dan mendengarkannya. Kemudian keindahaan lafaz al-Quran membuat umat Islam tidak memiliki perasaan bosan dan jenuh untuk membacanya pada situasi yang bagaimanapun. Berbeda sekali ketika mereka membaca buku yang dalam batas tertentu pasti merasa bosa dan jenuh. Sekalipun buku tersebut ditulis oleh pengarang nomor satu di dunia.
Pada bulan Ramadhan intensitas membaca al-Quran harus ditingkatkan mengingat pada bulan itu pahala amal kebaikan dilipatgandakan. Kita perlu belajar kepada para sahabat nabi yang memiliki intensitas tinggi dalam membaca al-Quran. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi Muhammad pada suatu kali bertanya kepada Abu Bakar Shiddiq. Hai Abu Bakar sebagai mukmin yang baik berapa kali dalam sebulan kamu mampu menamatkan bacaan kitab suci al-Quran.
Dengan penuh kerendahan hati Abu Bakar al-Shiddiq menjawab bahwa ia mampu menamatkan bacaan al-Quran sebanyak empat kali dalam satu bulan. Pertanyaan yang sama diajukan pula kepada Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Masing-masing sahabat nabi tersebut menjawab bahwa mereka mampu mengkhatamkan al-Quran minimal tiga kali dalam sebulan.
Karena tingginya intensitas dan kesungguhan sahabat nabi dalam membaca al-Quran, maka secara rasional sangat masuk akal jika mereka dijamin oleh Nabi Muhammad masuk ke dalam surga. Mereka termasuk manusia pilihan yang jauh berbeda dengan situasi kita sekarang ini yang dalam banyak hal tidak melihat keseriusan beragama. Akibatnya itensitas bacaan al-Quran masih jauh dari harapan.
Mungkin masih dijumpai dari umat Islam yang seumur hidupnya belum pernah khatam sekalipun membaca al-Quran. Padahal Nabi Muhammad menjanjikan bahwa mereka yang rajin membaca al-Quran mendapat pertolongan Allah pada hari kemudian.
إقرأوا القرأن فإنه يأتى يوم القيامة شفيعا لأصحابه
(رواه المسلم).
“Bacalah olehmu al-Quran maka ia akan datang pada hari kiamat untuk memberi pertolongan kepada orang yang membacanya.”
Untuk memperoleh petunjuk al-Quran, umat Islam mesti pula meningkatkan hafalannya. Mereka yang memiliki hafalan al-Quran yang lebih banyak tentu jauh lebih baik pula ibadahnya dari orang yang hanya memiliki hafalan yang sedikit. Kesempatan untuk mendapatkan petunjuk dan cahaya al-Quran bagi mereka juga semakin terbuka lebar. Upaya meningkatkan hafalan al-Quran mesti dilakukan oleh umat Islam bersamaan dengan keinginan mereka untuk memperoleh rahmat Allah.
Selain membaca dan menghafal, umat Islam harus pula mempelajari kandungan al-Quran hingga mereka memahami bahwa ajaran al-Quran tersebut mampu menyelamatkan kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Lewat mempelajari ajaran al-Quran, mereka dapat mengetahui dan memahami ajaran yang dikandungnya serta semakin mudah pula mereka meraih petunjuk Allah. Sebaliknya, umat Islam yang tidak mengetahui kandungan dan ajaran al-Quran tentu semakin sulit pula mereka memperoleh petunjuk Tuhan yang ada di dalamnya.
Kemudian umat Islam yang menghafal dan mempelajari al-Quran di samping menambah pengetahuan dapat pula membantu mereka untuk mengamalkan al-Quran dalam berbagai aspek kehidupan. Karena itu semakin terasa bahwa kehadiran al-Quran berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia. Bagi orang-orang yang beriman akan lahir rasa syukur yang mendalam kepada Allah yang telah mewahyukan al-Quran. Mereka sangat merasakan bahwa bersama al-Quran mereka mampu memperoleh keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Lewat peningkatan intensitas membaca, menghafal, mempelajari, memahami dan mengamalkan al-Quran umat Islam semakin hari semakin berada sedekat mungkin dengan al-Quran. Karena itu mereka merasa pula bahwa al-Quran adalah pedoman dan petunjuk hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar