Kamis, 20 Agustus 2009

MARHABAN YA RAMADHAN


M
arhaban adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata rahb yang berarti luas dan lapang. Menurut kamus besar bahasa Indonesia istilah marhaban dimaksudkan sebagai kata seru yang berfungsi untuk menyambut, menghormati dan mengucapkan selamat datang kepada tamu.
Ramadhan juga merupakan istilah bahasa Arab yang berarti membakar atau mengasah. Arti ini menunjukkan esensi dari kedatangan Ramadhan sebagai bulan untuk membakar dosa-dosa. Manusia yang melaksanakan puasa dengan penuh keimanan kepada Allah dan mengisi Ramadhan dengan amal shaleh maka semua kebaikannya itu dapat mengikis habis dosa-dosa yang pernah dilakukannya pada masa lalu. Dalam hubungan ini bulan Ramadhan bagaikan tanah subur yang siap ditaburi benih-benih kebaikan dan amal shaleh. Ketika benih tersebut telah tumbuh maka ia mulai bekerja membersihkan jiwa dari kotoran dosa-dosa.


Jadi Marhaban Ya Ramadhan memiliki makna bahwa umat Islam menyambut-mu wahai Ramadhan dengan kegembiraan dan lapang dada. Untukmu kami persiapkan tempat yang luas sehingga engkau bebas melakukan apa saja yang engkau yang mau berkaitan dengan usaha mengasah dan mengasuh jiwa.
Bulan Ramadhan disebut juga dengan bulan puasa yaitu bulan yang penuh berkah dan keampunan. Kedatangan bulan Ramadhan sangat didambakan oleh umat Islam karena banyaknya keistimewaan dalam bulan tersebut yang tidak diberikan oleh Allah pada bulan lain. Nabi Muhammad dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani mengajak umat Islam untuk menyambut Ramadhan sebagai tamu agung yang menawarkan berbagai macam kebaikan.
أتاكم رمضان سيد الشهورفمرحبا به و أهلا
”Telah datang padamu Ramadhan, Penghulu dari segala bulan, maka ucapkanlah padanya selamat datang.”
Rasulullah menyambut Ramadhan dengan menyiarkan kedatangannya dengan ucapan Marhaban Ya Ramadhan atau selamat hadir dihatiku wahai Ramadhan. Seiring dengan itu umat Islam yang beriman berbondong-bondong pula untuk melakukan beberapa kegiatan seperti saling memberi berita gembira karena Ramadhan adalah bulan yang dinanti-nanti oleh semua umat Islam baik tua, muda maupun anak-anak. Selain itu mereka juga saling bersilaturrahim dalam rangka memberi dan meminta maaf, berzikir dan berdoa untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Akan tetapi tidak semua umat Islam mau menyambut kedatangan Ramadhan itu dengan penuh kegembiraan. Ini disebabkan karena mereka ingin lari dari beban dan kewajiban. Mereka menganggap bahwa Ramadhan datang tanpa kompromi karena tidak bisa dimajukan atau dimundur selama sebulan penuh. Mereka juga sulit untuk keluar dari kebiasaan dan keberatan terhadap kehadiran puasa yang sarat dengan keseriusan aturan dan hukum.
Allah memerintahkan ibadah puasa kepada umat Islam bukan hanya sekeder untuk memberikan beban melainkan kewajiban yang memiliki banyak faedah dan manfaat bagi kehidupan manusia. Menurut ajaran Islam fungsi puasa Ramadhan disyariatkan oleh Allah adalah sebagai salah satu pilar penyanggga istana Islam sebagaimana yang disinggung oleh Nabi Muhammad dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
بني الإســلام على خمس شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة و صوم رمضان وحج البيت.
”Islam ditegakkan dengan lima rukun yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan puasa ramadhan dan melaksanakan haji ke tanah suci Mekah”.
Ramadhan juga berfungsi sebagai ladang amal karena Allah sudah manjanjikan kepada hamba-hambanya yang shaleh berbagai kebaikan, keutamaan dan kemuliaan. Kemudian Ramadhan juga sebagai wahana seleksi ummat dan menyaring barisan mukmin dari berbagai kotoran. Sebelum melaksanakan ibadah puasa Ramadhan Nabi Muhammad menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan uji coba dan mengajak para sahabatnya untuk bersiap-siap menyambut bulan Ramadhan dengan persiapan ruhani dan jasmani berupa thaharah, nazhafah dan tazkiyyah. Semua Ini dilakukan oleh Nabi Muhammad melalui himbauan pribadi dan khutbah Jum’at.
Namun sangat disayangkan kebiasaan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW tersebut semakin hari semakin memudar dari pengetahuan umat Islam dewasa ini. Hal ini dapat kita lihat dan kita dengar apabila bulan puasa akan masuk maka masyarakat Islam sibuk memikirkan tradisi mandi balimau. Suatu pertanyaan yang mesti kita jawab di balik tradisi mandi balimau itu adalah apakah Islam mengajarkan tradisi mandi balimau menjelang Ramadhan ?.
Tradisi mandi balimau tidak ditemukan penjelasannya dalam kajian hukum Islam yang mendukung kebolehan untuk melakukannya. Dalam beberapa buku fiqh tidak ditemukan pula keterangan yang menyebutkan bahwa mandi balimau menjelang Ramadhan mesti dilakukan karena hukumnya wajib atau sunat, seperti mandi sebelum pergi ke mesjid untuk melaksanakan shalat Jum’at dan shalat dua hari raya.
Jika demikian halnya, lalu dari mana tradisi balimau itu muncul sehingga menjadi budaya lokal masyarakat Islam di Sumatera Barat ?. Kita menyadari bahwa sebelum kedatangan Islam ke Indonesia umumnya dan Sumatera Barat khususnya sudah dijumpai keyakinan agama dalam kehidupan masyarakat yaitu Hindu dan Budha. Karena itu besar kemungkinan setelah Islam datang terjadi akulturasi budaya antara pemeluk Islam dan tradisi Hindhu.
Akulturasi Islam dan budaya seringkali dijumpai di daerah-daerah yang baru dimasuki oleh agama Islam. Kadangkala percampuran itu berjalan dalam kurun waktu yang cukup lama. Kita masih ingat beberapa kasus budaya lokal seringkali lebih dihargai oleh masyarakat ketimbang kebenaran agama, seperti tradisi mandi balimau.
Karena itu kedatangan Islam ke Sumatera Barat tidak semerta-merta mampu menghilangkan kebudayaan lama. Asumsi ini meskipun perlu dibuktikan melalui penelitian ilmiah tetapi yang pasti budaya masyarakat Hindhu ketika hendak melakukan ibadah khusus selalu didahului oleh mandi ke sungai Gangga dan sungai lain yang mereka dianggap memiliki kesucian sebagai tempat menghapus dan membasuh dosa-dosa.
Oleh karena itu Islam sebagai agama wahyu yang datangnya dari Allah tidak pernah mengajarkan hal yang demikian. Sekalipun sah mempergunakan istilah balimau namun yang dimaksud adalah melimaui diri dengan saling maaf-memaafkan antara sesama muslim. Islam memang mengajarkan kepada suami dan istri, orang tua dan anak, serta seorang muslim dengan muslim yang lain untuk saling meminta maaf dan memaafkan kesalahan dan dosa pada masa lalu sebelum memasuki bulan Suci Ramadhan. Alangkah indahnya prilaku umat Islam yang mau melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sekiranya merela sudah saling maaf-memaafkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar